Le Samouraï 1967, larut kedalam kekosongan dan kesendirian seorang "Samurai"

by 06.14

Dibuka dengan adegan dimana seorang pria terbaring di kasurnya sambil dihisapnya sebatang rokok. Di sebuah ruang tersebut suasana sepi nan dingin sungguh terasa, kemudian muncul sebuah kutipan dari buku yang berjudul "BUSHIDO" yang berbunyi "tidak ada kesendirian yang lebih besar daripada seorang samurai, kecuali mungkin seekor macan di tengah hutan." menariknya kutipan tersebut tidak benar-benar ada melainkan diciptakan oleh sang sutradara sendiri, Jean-Pierre Melville. Di bagian ini secara gamblang karakter tokoh tersebut dipaparkan, bagaimana gerak-geriknya interaksinya yang dingin dengan burung peliharaannya dan bagaimana dia berpakaian. Scene dimana sang tokoh Jef Costello yang diperankan oleh Alian Delon sedang mengenakan mantel dan memakai topi fedoranya sangat membekas di ingatan saya. Di depan cermin ia merapikan topi fedoranya dengan gerakan yang khas tanpa mimik wajah layaknya orang bercermin.


Shot yang sangat indah dari Henri Decae 

Kita kemudian dibawa pada scene pencurian mobil, lagi-lagi disini kita melihat ketenangan seorang Jef Costello dalam menjalankan aksinya tenang, fokus dan penuh kehati-hatian. Caranya mencuri mobil cukup unik yaitu dengan membawa segepok kunci lalu mencoba satu-satu, sangat membutuhkan ketelatenan dan kesabaran. Diiringi scoring dari François de Roubaix suara synth dengan nada yang melankolis mobilnya melaju ditengah rintik hujan yang  dengan indah terlihat menetes di kaca mobilnya. Film ini disajikan dengan pengambilan gambar yang indah serta tone warna abu-abu, mulai dari gedung-gedung, ruangan, jalanan, mobil, bahkan burung yang dipelihara oleh Jef pun sengaja dipilih dengan warna yang senada. Satu aspek lagi untuk melengkapi unsur dingin dan sepi di film ini yaitu di 10 menit awal kita sama sekali tidak mendengar adanya dialog atau voice over yang makin menambah kesan bahwa si tokoh Jef ini benar-benar minim sekali emosi. Walaupun begitu dari sinilah saya yakin bahwa film ini adalah film bagus dan mampu memberi pengalaman sinematik yang berbeda. 

Jef itu merupakan seorang pembunuh bayaran yang membunuh atas kehendak orang lain. Dia sangat profesional dalam menjalankan tugasnya, tanpa basa-basi. Dalam suatu misi pembunuhan dia menyelesaikannya dengan tidak rapi, ada seorang saksi mata yang melihat. Seorang pianis perempuan berkulit hitam yang bekerja di suatu bar. Alhasil Jef pun ikut digelandang ke kantor polisi bersama terduga lainnya. Sebelumnya Jef sudah menyiapkan rencana atau pun alibi apabila dia tertangkap polisi dan benar rencananya berjalan mulus, Jef berhasil lolos. Namun dia tidak dibiarkan lolos begitu saja beberapa polisi dikirim untuk mengikutinya karena pada saat pernyataan dari para saksi yang melihat sang pembunuh ada sebuah kejanggalan yaitu pianis sebagai saksi mata yang dengan jelas bertatapan langsung dengan sang pembunuh menyatakan bahwa Jef bukanlah orangnya. Entah apa motif dari wanita ini untuk meloloskan Jef, beberapa saat setalah Jef menjalankan aksinya terjadi sebuah momen yang aneh dimana mereka terdiam saling bertatap muka. 
Kekasih yang loyal kepada Jef

Membahas wanita dalam film ini, ada dua tokoh wanita sentral yang bersinggungan langsung dengan Jef. Pertama, Nathalie Delon sebagai Jane Lagrange yang mana memang istri Alain Delon di luar film. Cukup aneh melihat Jef ternyata memiliki hubungan khusus dengan seorang wanita melihat sifat yang dimilikinya namun tetap saja sifat tersebut tidaklah luntur ketika berada di samping Jane. Cukup menarik interaksi seorang Jef terhadap wanita, kita lihat sendiri di awal film ketika Jef melihat wanita di dalam mobil ketika berhenti di lampu merah. Terlihat raut wajah Jef tidak tertarik sama sekali berinteraksi dengan orang lain padahal untuk laki-laki normal di situasi tersebut paling tidak pasti sudah melemparkan senyuman hangat pada wanita tersebut namun tidak dengan Jef. Lalu apa alasan Jane untuk mecintai Jef, dalam film ini tidak dibahas secara detil bagaimana hubungan percintaan mereka. Bukti kecintaan Jane terlihat ketika dia didatangi sekelompok polisi yang kemudian menginterogasinya sampai mencoba menyuap untuk membongkar alibi yang digunakan oleh Jef. 


Kedua, sang pianis wanita yang perjumpaannya pada suatu posisi yang sulit. Keputusannya untuk memilih membohongi polisi membuat Jef terkesan dan membuatnya pensaran. Disitulah timbual bias pada karakter Jef, sepertinya pendekatan yang dilakukan Jef tidak hanya didasari oleh rasa terimakasih atau penasaran namun ada sebuah keintiman dari hubungan kedua tokoh tersebut. Apabila kita cermati sosok si pianis ini seperti bertolak belakang dengan wanita yang ditemui Jef ketika di jalan, wanita kulit putih mengenakan pakaian hitam sedangkan si pianis ialah seorang kulilt hitam berpakaian putih. Wanita yang pertama tidak membuat Jef terlalu berkesan dan pianis ini mampu memberinya suatu perasaan.



Penegasan siapa seorang Jef



Jef dalam pekerjaannya benar-benar total dan melakukan tindakannya berdasarkan insting dan kebiasaan yang sudah seperti pakem. Dia mendapat perintah, ada bayaran dan eksekusi, murni seperti itu. Hal tersebut menggambarkan betapa kosongnya Jef, tidak memiliki sebuah alasan personal dalam hidupnya bahkan untuk mati sekalipun. Ditegaskan pada scene dimana orang suruhan dari si pemberi perintah mencoba menyodorkan tawaran pekerjaan baru namun sambil menodongkan senjata kepada Jef, dengan lugas Jef menjawab bahwa dia tidak menerima pekerjaan dengan pistol mengarahkan ke kepalanya, ketika ditanya apakah itu sebuah prinsip? dijawabnya, tidak, sudah suatu kebiasaan. 

Sang sutradara menyatakan bahwa tokoh Jef ini adalah seorang Skizofrenia, Melville pun telah menghabiskan banyak waktu mencari tahu tentang hal tersebut. Dalam hal ini Seorang Jef yang telah melakukan tindakan kriminal sebenarnya tidak mengetahui bahwa dia adalah seorang kriminal meskipun dia adalah seorang kriminal dalam logikanya dan cara berpikirnya.

Pada scene awal yang memperlihatkan Jef seperti seorang yang sudah "mati" kali ini benar-benar sedang terjadi. Pertemuannya dengan seorang pianis bernama Cathy Rosier seperti berhadapan langsung dengan maut apalagi Jef memiliki rasa pada dia. Jef sepanjang film bagaikan berjalan berangkulan dengan kematiannya. Dan benar saja, Jef mendapat perintah untuk membunuh sang pianis. Jef mengecek peluru pistolnya, memasuki bar dengan tenang, kemudian bediri menatap korban dengan kosong, ditodongkanlah pistolnya. Dan yang terjadi, ajal menjeput Jef, polisi sudah mengepung dirinya. Polisi mengatakan pada Cathy kalau dia beruntung berhasil selamat namun ditemui dalam pistol Jef kosong, tanpa peluru. Jef tahu kalau dia sudah pasti akan gagal dalam misinya kali ini , dan ketika perintah sudah diterima tidak ada jalan kembali, dia harus tetap melaksanakannya. Seperti seorang samurai ketika dia sudah tahu akan kalah maka lebih baik untuk membunuh dirinya sendiri guna menjaga kehormatannya. Film ini pun secara tragis diakhiri dengan pukulan simbal memecah keheningan, kepanikan, dan kekacauan yang menyeruak di dalam sebuah bar.






Diberdayakan oleh Blogger.